Showing posts with label selimut. Show all posts
Showing posts with label selimut. Show all posts

Kian Melayang


Antara tidak percaya bila dinamai keadaan itu seperti taut matamu tiba di sini ingin menghentikan gulirnya pandang namun telah terlanjur berlari ke arah ujung makna dijumpa sebuah tanda yang berarti menghenti pesan diujung fajar hingga baru tersadar oleh berubahnya hari yang hingar bingar.....

Aslinya jelajah membawa bukti yang sepadan selayak bentangan rimbun pepohonan penghuni lembah yang telah engkau lalui hingga jejakan demi jejakan menaiki curamnya tebing-tebing itu penyimpan bola-bola cerita kehidupan tentang ketegarannya lengkap dengan ketak berdayaannya kini kecuali hanya untuk apa kecuali memberi dengan merapuhkan dirinya mengecup dengan hangatnya bagian dari bulatan tempatnya berasal yang telah menghidupi dirinya dimasa lampau.....



Mengapa bayangan wajah itu tak pula menghilang dari kenangan dan tetap menjadi bayang-bayang yang sering terulang menjadi pertanyaan hingga gunjingan memanaskan bola liar dari mulut-mulut dari yang berbibir tipis hingga yang tebal hingga kini telah terbiarkan dilukis dalam kanvvas bekas berkain kumal yang berbahan kasar bak karung-karung tua...

Engkau yang telah melihat jauh aku di seberang pandang hingga tak jua nampak boleh kaupikir semau dan sesuka kau dapat tanpa pinta dan panggil dengan teriakan lebar kata dari mulut atau pengeras ganda sebagai penguat yang semuanya sama sekali tidak mengubah dan memberikan pengaruh pada awal yang telah dirunut untuk ditetapkan oleh yang memiliki segala tempat untuk berpadunya asmara berlabuh di tepian terindah baginya....



Menanggalkan sehelai demi sehelai penutup kulit-kulitmu mungkin dapat kaulakukan dengan leluasa di sini, di tempat liar hingga engkau menceburkan sekujur tubuh hingga pulih menjadi segar bila sesaat saja; namun hembusan demi hembusan dari sela-sela ranting dan dedaunan janganlah membekukanmu bila tak mengenal tentang dirimu yang bagi mereka engkau adalah pendatang dikeliaran tarianya yang paling eksotik membius setiap kepongahan hingga menerbangkannya menjadi awan-awan dalam kedasyatan pusaran caranya tanpa nalar dan hitungan.....

Daki tak menjadi bagian penting di sini untuk kauperhatikan di sini saat engkau sedang bergumul dengan lumpur sepanjang langkah yang terkadang lupa ditengah kekagumanmu akan murmi dan liarnya sudut semesta ini yang dipenuhi dengan pesona..................

Harapanmu menghangatkan diri ini bagimu hanya menjadi impian kosong hingga kemustahilan bisa nyata mengalir dari caramu memandang tatkala dibawah tenda itu engkau menyadari mantel dan selimut kebanggaan dan penuh kenangan itu telah tertinggal oleh ketergesaanmu membuat langkah yang terlalu cepat atau mungkin tidak ingin disebut tak cakap melombat secepat cara kekiniaan yang dibanggakan banyak kalangan dan semacam praduga serta semacamnya yang sering menimbun tebal dalam pikiran-pikiran semunya ... 

sempit pemandangan.... 

hanya karena malam itu terlalu pekat

kecuali memberi waktu kita untuk berdekat

juga terus saling memberikan rasa hangat............



Permintaan Diam Sang Pujaan


Duhai cinta
yang belum tampak
bayangan wajah yang menuju arah jauh
semakin sulit untuk menempatkan angan goresan
saat tinta ini ingin melukiskan engkau yang di sana

Oh mahligai hati
yang terbias oleh jarak
keadaanmu yang akan datang padaku
untuk menepati janji bahwa cinta berarti
tulus dan tanpa dusta karena punya sebuah nama

Malaikat kecilku
yang terbang meninggi
bentangan waktu yang telah terjadi
oleh kuasa siapa dan lewat jalan mana
lengkap kepakmu hingga tujuan berjeda malam

direarcureent26hb0ai

Bentuk Sesaat...

Diambilnya dua lembar daun  Di pinggir telaga  Bening di musim ini  Seraya membiarkan kedua kakinya  Terjuntai di dalam air  Kedua tanganya ...