Showing posts with label arah. Show all posts
Showing posts with label arah. Show all posts

The life of the forest. Fungi

Posisi Perjalanan Pendaki Senior Siang itu, rombongan pendaki sudah memasuki daerah yang lebih tinggi dan sepi. Hutan yang dilalui pun semakin lebat dan rimbun. Jalur pendakian pun semakin menantang, dengan jalur yang berbatu dan terjal. Pendaki senior, Pak Budi, yang memimpin rombongan, mulai memberikan pengarahan. "Kita sudah memasuki daerah yang lebih tinggi dan sepi," kata Pak Budi. "Di sini, kita akan jarang bertemu orang yang berlalu lalang. Jadi, kita harus lebih berhati-hati." Pak Budi juga mengingatkan para pendaki junior dan pemula untuk selalu mengikuti instruksi darinya. "Jangan lupa untuk selalu mengikuti jalur pendakian yang sudah ada," kata Pak Budi. "Jangan coba-coba memotong jalur, karena bisa berbahaya." Pak Budi juga mengingatkan para pendaki untuk selalu menjaga kondisi fisik dan mentalnya. "Di sini, cuacanya bisa berubah dengan cepat," kata Pak Budi. "Jadi, kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan." Para pendaki junior dan pemula pun mendengarkan pengarahan dari Pak Budi dengan serius. Mereka tahu bahwa Pak Budi adalah pendaki senior yang berpengalaman. "Kami akan mengikuti instruksi Anda, Pak," kata salah satu pendaki junior. Pak Budi pun tersenyum. Dia senang bahwa para pendaki junior dan pemula mau mendengarkan nasihatnya. Rombongan pun melanjutkan perjalanannya. Mereka berjalan dengan hati-hati, mengikuti jalur pendakian yang sudah ada. Kehati-hatian Pendaki Senior Pak Budi selalu berhati-hati dalam setiap perjalanannya. Dia tahu bahwa pendakian adalah kegiatan yang berbahaya, jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Oleh karena itu, Pak Budi selalu mengingatkan para pendaki junior dan pemula untuk selalu mengikuti instruksi darinya. Dia juga selalu memastikan bahwa para pendaki dalam kondisi fisik dan mental yang baik sebelum melakukan pendakian. Pak Budi juga selalu membawa perlengkapan pendakian yang lengkap. Dia tahu bahwa perlengkapan pendakian yang lengkap bisa membantunya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pengalaman Pendaki Senior Pak Budi sudah mendaki gunung sejak lama. Dia sudah mendaki berbagai gunung di Indonesia, mulai dari gunung yang rendah hingga gunung yang tinggi. Pengalamannya yang luas membuat Pak Budi tahu bagaimana menghadapi berbagai tantangan dalam pendakian. Dia juga tahu bagaimana menjaga keselamatan dirinya dan para pendaki lainnya. Oleh karena itu, Pak Budi selalu menjadi pemimpin rombongan dalam setiap pendakian yang dilakukannya. Dia selalu siap membantu para pendaki junior dan pemula untuk mencapai puncak gunung Keuntungan Jalur Pendakian Selain tantangannya yang menantang, jalur pendakian ini juga memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Masih akan melewati desa terakhir Jalur pendakian ini masih akan melewati desa terakhir, sehingga para pendaki masih bisa mendapatkan bantuan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Desa makmur dengan ramah penghuninya Desa terakhir di jalur pendakian ini adalah desa yang makmur dan penduduknya ramah. Para pendaki bisa mendapatkan makanan, minuman, dan tempat beristirahat di desa ini. Ada tempat untuk melengkapi perbekalan Di desa terakhir, ada beberapa tempat untuk melengkapi perbekalan, seperti warung, toko perlengkapan pendakian, dan sebagainya. Menyediakan pemandu bahkan tenaga pendukung berupa porter, team evakuasi dll Di desa terakhir, ada beberapa penyedia jasa pemandu dan tenaga pendukung, seperti porter, team evakuasi, dan sebagainya. Jasa-jasa ini bisa dimanfaatkan oleh para pendaki untuk memudahkan pendakian mereka. Penjelasan Pak Budi menjelaskan keuntungan-keuntungan jalur pendakian ini kepada para pendaki junior dan pemula. Dia ingin mereka tahu bahwa jalur pendakian ini tidak hanya menantang, tetapi juga memiliki beberapa keuntungan. "Meskipun jalur pendakian ini menantang, tetapi ada beberapa keuntungannya," kata Pak Budi. "Kita masih akan melewati desa terakhir, desa makmur dengan penduduk yang ramah. Di desa ini, kita bisa mendapatkan bantuan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kita juga bisa melengkapi perbekalan kita di desa ini. Selain itu, ada beberapa penyedia jasa pemandu dan tenaga pendukung di desa ini. Jasa-jasa ini bisa kita manfaatkan untuk memudahkan pendakian kita." Para pendaki junior dan pemula pun merasa lebih tenang setelah mendengar penjelasan dari Pak Budi. Mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam pendakian ini. "Terima kasih atas penjelasannya, Pak," kata salah satu pendaki junior. "Sama-sama," kata Pak Budi. "Semoga kita bisa mencapai puncak gunung dengan selamat." Rombongan pun melanjutkan perjalanannya. Mereka semakin termotivasi untuk mencapai puncak gunung Obrolan Lucu dan Akrab Para Pendaki Para pendaki junior pun mulai bertanya-tanya, mengapa di desa ini jarang melihat anak muda. Hampir yang mereka jumpai adalah para orang tua atau dewasa dan anak-anak. Kemana perginya para pemudanya? Mereka sangat ingin mendengar penjelasan dari pemandu senior yang mereka percayai. "Pak Budi," tanya salah satu pendaki junior, "mengapa di desa ini jarang melihat anak muda?" Pak Budi tersenyum. Dia sudah tahu bahwa para pendaki juniornya pasti akan bertanya hal ini. "Begini," kata Pak Budi. "Sebagian besar anak muda di desa ini pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Mereka biasanya bekerja di pabrik, restoran, atau sebagai asisten rumah tangga." "Kenapa mereka tidak bekerja di desa saja?" tanya pendaki junior lainnya. "Karena di desa ini, lapangan pekerjaan untuk anak muda sangat terbatas," jelas Pak Budi. "Kebanyakan penduduk desa ini bekerja sebagai petani atau pedagang kecil. Pendapatan mereka tidaklah seberapa. Oleh karena itu, anak-anak muda di desa ini memilih untuk merantau ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik." Para pendaki junior pun mengangguk-angguk paham. "Jadi, kemana perginya para pemuda di desa ini?" tanya pendaki junior lainnya. "Mereka pergi ke berbagai kota di Indonesia," jawab Pak Budi. "Ada yang pergi ke Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Medan. Mereka bekerja di berbagai bidang, seperti pabrik, restoran, toko, dan sebagainya." "Apakah mereka tidak rindu kampung halaman mereka?" tanya pendaki junior lainnya. "Tentu saja mereka rindu," kata Pak Budi. "Tapi, mereka harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarga mereka. Oleh karena itu, mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman mereka dan merantau ke kota." Para pendaki junior pun merasa sedih mendengar cerita Pak Budi. Mereka tidak menyangka bahwa anak-anak muda di desa ini harus merantau ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. "Semoga saja mereka bisa sukses di kota," kata salah satu pendaki junior. "Amin," kata Pak Budi. "Semoga saja mereka bisa sukses di kota dan kembali ke kampung halaman mereka dengan membawa hasil jerih payah mereka." Obrolan para pendaki pun semakin akrab. Mereka saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Mereka juga saling memberikan semangat untuk mencapai puncak gunung. Candaan Pak Budi Pak Budi juga sering melontarkan candaan untuk menghibur para pendaki juniornya. "Kalian tahu kenapa anak muda di desa ini jarang menikah?" tanya Pak Budi. Para pendaki junior pun menggelengkan kepala tanda tidak tahu. "Karena mereka sibuk bekerja di kota," jawab Pak Budi sambil tertawa. Para pendaki junior pun ikut tertawa. Candaan Pak Budi membuat suasana semakin akrab. Para pendaki junior merasa seperti sedang bersama ayah mereka sendiri. Rombongan pun melanjutkan perjalanannya dengan penuh semangat. Mereka tahu bahwa perjalanan masih panjang dan menantang. Namun, mereka yakin bahwa mereka bisa mencapai puncak gunung dengan selamat bersama Pak Budi, pemandu senior yang mereka percayai.



Rekahan Mimpi


"Merancak Tiga Langkah Manunggal Tanpa Perintah".

Tidak ada yang bisa dilakukan jika pemasungan kehendak terdalam dari dalam diri kita tidak kita beri ruang untuk mengalir....
Kalimat ini mengalir usai jedanya menghela nafas... sesaat nyatanya penegas tekat menyimpul tempat sebagai alas semua langkah 
.. hingga kini.
Itu sebuah hikayat bisa menjadi temanmu menghibur diri menyambut mimpi....
Jangan kuras ragamu hingga larut dalam siksa dinginnya malam ini....
Ada pesan juang  yang harus dikaitkan melompati jauh dan tinggiya gunung dan bukit -bukit itu...

Disini diantara engkau yang belum bisa terpejam boleh duduk bersanding diperapian kecil.
nyala yang juga penghangat penantian kita menyambut rekahan langit fajar yang akan membagikan arah kamana kita akan melangkah.
Senyap... dan semakin senyap kecuali tambahan dengkur yang satu dua berganti dengan jangkrik dan orong -orong, namun berapa pun yang terjaga tetap berarti untuk semua esok dan suatu hari kelak.....

Hmmm.... kalian yang masih terjaga....
Disekeliling kita... dan semua yang ada 
Melihat kita dalam satu ruang ....
Ini sudah cukup bagi kita.... saat ini 
Tidak ada satu ruang tambahan 
Baik itu yang berpendingin ganda 
Ataupun yang berpenghangat.....
Langit kita jadikan atap... terluas....
Sang pemiliknya melihat dan bisa berbuat 
Juga mengajari kita untuk menuju tempat 
Dimana kita dengan indah caranya mampu 
Mendengarkan apa yang akan disampaikan...
Matamu tampak sudah tak kuat...
Namun telingamu masih mampu 
Mencerna apa yang sedang berlangsung
Tidak mengapa 
Juga.... jika
Hikayat itu tidak jadi datang....
Mungkin malu dengan kantukmu ....





tak mengapa...
bila tak pula ada penghangat...
yang kini  dapat kita teguk bersama sebagaimana
bayangan kita mengisi malam-malam yang kadang terasa panjang.....



Keakuratan



Pada setiap langkahmu 
Terasa bagi yang ada bersama 
Kau jadikan pilihan 
Dengan lembut tanpa ketergesaan 
Menghirup segarnya udara 
Juga kehangatan sang surya 
Melebihi hole demi hole pencapaian 
Tempat dimana kita pernah 
Menuai keberhasilan 
Adalah manisnya cerita 
Ketika ayunan demi ayunan 
Adalah tenaga yang menyatu arah 
Jauh dan sangat jauh 
Juga melebihi harga yang dipertaruhkan 
Mengenalmu tak sebatas bintang 
Kemeriaahan pemberi puja puji 
Ia semuanya seperti kendaraan semata 
Mereka yang pernah bersama 
Lebih memandangmu 
Daripada tempat yang menjadi
Pilihanmu membawa bintang bintang 
Untuk ditunjukkan kepada 
para pemuda agar berani 
Tak hanya asal bertaruh 





MENYATUKAN TUJUAN

menyatukan tujuan

kediaman menjadi sunyi
hening mengisi suasana
penuh hanya pada tanda
pertanyaan mengisi ruang

akankah tiba
waktu penuh arti
riuh oleh suara
pekik yang menggelora
terbuang gundah gulana

tekat sudah bulat
terlewat gelap kata
cerita menerang hari
hati akrab menyatu
mengerti satu arah
menjadi titik tujuan.

JALAN KELUAR

jalan keluar

dari kejauhan
mereka telah memandangmu
juga menuju ke arahmu
yang sendiri
juga yang bersama
meyakinimu dapat
menunjukkannya sebuah jalan
jalan keluar
untuk sebuah tujuan indah
untuk semua niat baiknya
jalan keluar
dari masalah mereka
perintang halang semua lajunya
yang menghentikan langkahnya
menggoyahkan tekad dan niatnya
sebuah jalan
jalan seperti pintu
untuk keluar
jalan seperti aspal
untuk melaju kencang
mungkin juga
jalan tanah setapak
untuk dilakoninya
agar sampai pada tempat
yang sedang diperjuangkan
jalan itu
seperti ada
pada pandangan matamu
melekat pada
tutur urai milikmu.

Sebatas Cara Saja


Telah menjadi tekatnya
Walau tak pernah ada telinga
Boleh mendengar dari bibirnya
Kemana arah yang ia akan tuju

Cara yang ia tempuh
Mungkin pernah menyentuh
Atau menyapa pandangan matamu
Kendati ia lalu menjauh atau menghilang

Ia katakan
dengan caranya apa yang ia lihat
Ia uraikan
apa yang ia dengar dengan telinganya
Ia juga melukiskan
bebauan yang mungkin menjadi mustahil
bagi mata untuk meyimpan perkara

Langkahnya
adalah langkah yang panjang meniti juang
Kerentaan dieja dalam hitungan jelajah luas
Membias ketika hitungan direkatkan untuknya
Semakin jauh letak dimensi laksana bias mengimbas
Keawang-awang tempat kia menerawangkan
khayalan kita yang kosong dan semakin gelap.

Diamnya kita
mungkinkah menjadikan
keadaan kita mengerti yang jauh disana
telah melesat entah kemana ...
sudah bukan apa-apa
jika bukan hanya kita terperangah
atau melongo penuh kekaguman
terhipnotis oleh peralihan jaman
yang telah memisahkan kita selama ini.

Latah







Kuncup meruncing menunjuk langit pemandangan pada kebun dan taman yang berbunga-bunga yang tidak bisa berdusta mengarahan cerita darimana setiap tegukkan kehidupan  berasal telah memberinya bentuk nyata dan warna yang indah, seperti arahnya juga yang menebar ke segala penjuru; tak ubah keharuman yang dibebaskan ke segala arah untuk semua penopang kehidupannya agar juga menhirup bau wanginya. Tak sampai di sini hingga jatuh buahnya pun akan bersama daun-daunya memberi tanah sebagai salah satu bagian sumbernya mendapat kembali pelapis dan penyubur untuk kehidupan mendatang. Tampiklah jika mata ini tersesat mengeja peristiwa di depan matamu sebagai latah sesaat dengan ketidaktahuan dan tanpa sedikit butiran kecil kebenaran alasan serta potongan kenyataan yang masih harus serta akan berulang di hadapan kita untuk masa sekarang atau pun yang akan datang.
Jika yang terbaca bukanlah bagian yang baru untukmu bergembiralah untuk kesadaran sesaat karena akan mudah bagi hati mengerti betapa keyakinan masih sungguh berarti tak sebatas untuk mengukur diri sendiri namun akan menuntun langkah kaki ke depan agar tepat mengambil pilihan yang ada di depan kita walau hanya sekedar membuat keputusan terkecil untuk mengayunkan kaki atau mengarahkan pandangan mata kita harus kemana seharusnya. Jika mendapati kalimat di atas terlalu sederhan dalam menguraikan maksudnya maka hati pun layak bersyukur karena dianugerahi pemikiran yang gemilang dan berkemampuan menyederhanakan sebesar apa pun kompleks permasalahan menjadi sederhana untuk mudah dicerna oleh kebanyakan orang tanpa mereduksi inti atau bahkan membiaskannya.
Keadaan kita ada kalanya tak semudah harapan untuk dimuat dalam bentuk kata-kata, agar ia nantinya bukan lagi disebut oleh orang-orang hanya ‘latah’ atau tanpa dasar yang pasti dan kuat untuk diteruskan karena tidak menguntungkan untuk kebersamaan. Apalagi jika sebagian yang lain sudah memandang sebagai salah satu penyesatan pandangan serta hanya menguntungkan dirinya dan sebagian orang saja. Benar! Bahwasanya semua pilihan mengandung resiko, namun kita tidak bisa menampikkan adanya contoh-contoh kelatahan menjadi kebiasaan alih-alih biar dianggap sebagai kalangan orang-orang modern tapi belum mengerti makna yang dikatakannya serta akibat-akibat dari cara yang diambilnya. Kalimat ini bukan dibentuk sebagai kalimat larangan terhadap kebebasan orang mengambil cara yang nyata-nyata sudah menjadi hak apalagi dilindungi oleh undang-undang; tak lebih ini terjemahan dari sebagian sudut pandang atau cara berpikir orang-orang yang masih rela menyuarakan bagian dari pikirannya untuk orang lain tanpa ada paksaan untuk setuju ataupun tidak setuju.
Jika setuju biarlah ‘latah’ menjadi kelantangan tertawa lepas kita bersama tanpa harus menertawakan orang lain tapi bahagian menikmati keadaan bersama tanpa ada satu yang disingkirkan atau direndahkan karena kelatahan-kelatahan kita. Biarlah ‘latah’ kita bisa menjadi arti kesempatan tertawa ngakak tanpa kita harus membeli atau berguru dengan sangat tinggi atau memilih-milih dengan siapa kita harus tertawa; atau latah menjadi tawa alami penghibur diri dan orang lain yang manisnya mengandung kadar gula semoga sedikit melebihi senyum. Yang memaniskan suasana kebersamaan kita.

Lepas

erang mulai terdengar
sesaat setelah langit punya nyanyian
lengking dalam nada tinggi dan panjang mengundang tanya
erang suara menyahut pekik elang
ia hanya getar belantara menjawab cinta
ciut nyali orang menduga-duga  tentangnya
jawab tersembunyi nyaris tak terdengar jauh untuk dibanding
lengking yang panjang di ketinggian itu

penguasa diam tak mengeja sedikit arti kedatangan siapa saja
seperti kebebasan ditabuhkan tanpa tanda untuk dimulai
seperti semut-semut menanti dalam kerumun hingga penuh berjejal
untuk menggerogoti bangkai kelelawar yang terkapar
ini waktunya melepas pamor kebesarannya bagi terbukanya lagi
pintu belantara untuk setiak kaki-kaki yang ingin menjejakkan
langkahnya diruang-ruang liar yang tumbuh oleh hukum rimbanya

lunglai  wajah terbangun
batu besar menjadi alas baringnya
inti kekuatannya seperti menyatu di sana
ketika ia beranjak dan berdiri pusaran angin kencang
mengelilinginya semakin kencang memutarkan pohon-pohon
hingga semakin lama semakin melembut dan suasana menjaddi hening
seperti semua daun dan ranting-ranting ingin memeluknya
namun tiba-tiba ia tak tampak di sana dan pergi entah dimana
matahari bersembunyi usai tengah hari itu
keadaan seperti mencekan untuk yang baru pertama
menjejekkan kaki di tempat ini.

Bentuk Sesaat...

Diambilnya dua lembar daun  Di pinggir telaga  Bening di musim ini  Seraya membiarkan kedua kakinya  Terjuntai di dalam air  Kedua tanganya ...