Kuncup meruncing menunjuk langit pemandangan pada kebun dan
taman yang berbunga-bunga yang tidak bisa berdusta mengarahan cerita darimana
setiap tegukkan kehidupan berasal telah
memberinya bentuk nyata dan warna yang indah, seperti arahnya juga yang menebar
ke segala penjuru; tak ubah keharuman yang dibebaskan ke segala arah untuk semua
penopang kehidupannya agar juga menhirup bau wanginya. Tak sampai di sini
hingga jatuh buahnya pun akan bersama daun-daunya memberi tanah sebagai salah
satu bagian sumbernya mendapat kembali pelapis dan penyubur untuk kehidupan
mendatang. Tampiklah jika mata ini tersesat mengeja peristiwa di depan matamu
sebagai latah sesaat dengan ketidaktahuan dan tanpa sedikit butiran kecil
kebenaran alasan serta potongan kenyataan yang masih harus serta akan berulang
di hadapan kita untuk masa sekarang atau pun yang akan datang.
Jika yang terbaca bukanlah bagian yang baru untukmu
bergembiralah untuk kesadaran sesaat karena akan mudah bagi hati mengerti
betapa keyakinan masih sungguh berarti tak sebatas untuk mengukur diri sendiri
namun akan menuntun langkah kaki ke depan agar tepat mengambil pilihan yang ada
di depan kita walau hanya sekedar membuat keputusan terkecil untuk mengayunkan
kaki atau mengarahkan pandangan mata kita harus kemana seharusnya. Jika
mendapati kalimat di atas terlalu sederhan dalam menguraikan maksudnya maka
hati pun layak bersyukur karena dianugerahi pemikiran yang gemilang dan
berkemampuan menyederhanakan sebesar apa pun kompleks permasalahan menjadi
sederhana untuk mudah dicerna oleh kebanyakan orang tanpa mereduksi inti atau
bahkan membiaskannya.
Keadaan kita ada kalanya tak semudah harapan untuk dimuat
dalam bentuk kata-kata, agar ia nantinya bukan lagi disebut oleh orang-orang
hanya ‘latah’ atau tanpa dasar yang pasti dan kuat untuk diteruskan karena
tidak menguntungkan untuk kebersamaan. Apalagi jika sebagian yang lain sudah
memandang sebagai salah satu penyesatan pandangan serta hanya menguntungkan dirinya
dan sebagian orang saja. Benar! Bahwasanya semua pilihan mengandung resiko,
namun kita tidak bisa menampikkan adanya contoh-contoh kelatahan menjadi
kebiasaan alih-alih biar dianggap sebagai kalangan orang-orang modern tapi
belum mengerti makna yang dikatakannya serta akibat-akibat dari cara yang
diambilnya. Kalimat ini bukan dibentuk sebagai kalimat larangan terhadap
kebebasan orang mengambil cara yang nyata-nyata sudah menjadi hak apalagi
dilindungi oleh undang-undang; tak lebih ini terjemahan dari sebagian sudut
pandang atau cara berpikir orang-orang yang masih rela menyuarakan bagian dari
pikirannya untuk orang lain tanpa ada paksaan untuk setuju ataupun tidak
setuju.
Jika setuju biarlah ‘latah’ menjadi kelantangan tertawa
lepas kita bersama tanpa harus menertawakan orang lain tapi bahagian menikmati
keadaan bersama tanpa ada satu yang disingkirkan atau direndahkan karena
kelatahan-kelatahan kita. Biarlah ‘latah’ kita bisa menjadi arti kesempatan
tertawa ngakak tanpa kita harus membeli atau berguru dengan sangat tinggi atau
memilih-milih dengan siapa kita harus tertawa; atau latah menjadi tawa alami
penghibur diri dan orang lain yang manisnya mengandung kadar gula semoga
sedikit melebihi senyum. Yang memaniskan suasana kebersamaan kita.