Menanti Naik
Seandainya
Berhenti sejenak
Ia mengirup nafas panjang
Sebelum tuturnya bersambung
Kau mampu tak sekecil itu melihat
Ia adalah cerita usang yang tentu
Tak akan terulang dengan sama saja
Jaman punya cara mengungkapnya
Jaman pula telah menabur pranala
Bersamaan dengan adab yang dibaca
Oleh mereka yang terpilih dan hati terbuka
Muslihat mungkin tidak berarti apa-apa meskipun dapat melukai hatinya
Jangan membenturkan yang kecil
Hingga terkucil dipinggiran dalam kesakitan, kits parang alpha melihat dibelakannya ada keperkasaan yang bersembunyi
Mengamat dengan jeli segala umpat dan membugkusnya dalam ketupat ketupat teranyam dedaunan berbumbu wewangian dan wingit atmosfir untuk dikembalikan keypads sang pemberi umpat atas mama cinta
Memabukkan pengertian ketika waktu teraduk tanpa pilah bagai sambal terasi yang tersaji dari adukan aneka bumbu dan garam cabai dan lainya dalam satu bentuk sajian merangsang meja hidang
Keringat yang tercucur data menumbuk pun sudah tak lagi berkisah
Berpaling sesaat, ia mengarahkan telunjuknya pada batu-batu itu, dan mengangguk -angguk dalam gumamnya yang tak lagi jelas isi tuturnya
Seperti matahari yang selalu mengerti bahwa ia akan tenggelam diufuk barat tanpa kau pinta.
Dalan Anyar
Terkikis Jaman
Terdahulu
pernah ditimbang
Oleh pikiran
tanpa dibuat panjang
Sebatas
untuk mengatakan ada yang terjadi
Tanpa
ekspresi berlebih menimbalkan jawab
Memang ku
tak tahu semuanya tentang itu
Dan untuk
upa pula sebanyak tahu disimpan
Kisah sketsa
lukisan sayang dibuang
Hanyak
seperti dengung sayap nyamuk
Ditelinga
saja ia berada lalu menghilang
Menyudahi
atau sekedar menunda baginya
Tak perlu
merisau keadaan yang nyata
Jaman
terlalu pendek
Yang jadi
bagian kita
Boleh
menjadi saksi
Adanya cerita
masa lampau
Bagi
generasi yang mendatang
Kata siapa
jaman sudah bergeser
Yang sudah
tak lagi butuh kata
Kata siapa
wajah tidak bisa berubah
Jika nyata
semua orang bisa meraba
Pertambahan
keriput diri dan orang disekitar
Dan jaman
tak akan mengikisnya hingga hilang
Jaman tidak
mengikis apa pun dari antara kita
Walau itu
bukan bagian dari sebuah sanggah
Wejangan
tanpa logika
Pemuda
cemberut dipelintir sulit
Cara pikir
yang membutuh umur
Totokan
jurus terbaik pun tak kan menghantar
Menunda
hanya sebilah penghalusan
Jaman dan
gaman diiring cerdasnya batas
Tanpa harus
menyekat gunung bercadas
Eksistensi
bertanya lagi tentang keadaban
Kepada semua
yang meneriakkan keadilan
Bukan pada
tikar tempatnya duduk bersila
Barang siapa
itu menggadai penghias telinga demi selubung keuntungan sendiri
Tak mampukah
membeda lagi gemerisik kering tikar tua yang jadi tumpuan atau batu keras
hingga berlubang yang jadi alas tumpunya.
Kelap Kelip
Bentuk Sesaat...
Diambilnya dua lembar daun Di pinggir telaga Bening di musim ini Seraya membiarkan kedua kakinya Terjuntai di dalam air Kedua tanganya ...

-
Engkau yang pernah Datang memberi sapa Untuk siapa mungkin lupa Apakah masih mengenang Ia tidak diam dan melupakanmu Juga ia tidak...
-
Ketika Melihat Engkau : Tertegun Diam tanpa bayanganmu Harus bicara Kugambar dikertas kecil Kucoret corat sketsa arah Lompat kecil jari...
-
Terbahak-bahak mereka sejadinya, Memandang penuh girang, sebagian juga sampai terbelalak. Seolah mendapat hiburan yang tanpa mereka pernah ...