Meraba segala kebersamaan kita
Pandangan miring tereja jua
Seolah-seolah mayaku tertutup
Rekat hanya pada untung
Diam diam telisik pada secarik
Hampiri goresan tampak serupa
Menyelinap ingatan bagai sepadan
Mengantar dengar satunya arah
Lapar bukan kelakar lagi
Berjaga mereka bagai masaku
Penuh cerita juang mengemban amanat
Cita tetua bangsa tak kan sia-sia
Kirim raga ini pernah mendekat
Hangat hanya didamba dibalik pagar
Tetap masih tegar lilitan duri
Terjaga walau kantuk dan lelah
Tak diam mata dalam siaga
Menjadi selimut mereka malam itu
Kusembunyikan mataku yang mulai
Berkaca-kaca penuh iba dan sayang
Lalu kutinggalkan mereka usai kubagikan
Nasi bungkus dan minuman penghangat
Tak satu pun engkau semua mengenaliku
Aku tak banggakan hanya sebuah kursi
Ditempat itu,
Ditempat dimana pernah engkau kumaki
Dengan kata kasar monyet dan sejenisnya
Aku hanya harus berada di sana...
Bukan untuk aku...
Untuk kita dan aku tak bisa menolak
..