Bentuk Sesaat...



Diambilnya dua lembar daun 

Di pinggir telaga 

Bening di musim ini 

Seraya membiarkan kedua kakinya 

Terjuntai di dalam air 

Kedua tanganya gesit melipat dua daun itu semakin berbentuk 

Masih duduk berada di atas batu yang sama, lalu jari-jari lentiknya menambahkan pengunci kecil dari ranting di dekatnya...

Satu daun dijadikannya gayung, untuk mengambil air di depannya lalu dipakainnya untuk membasahi lengannya, mukanya, hingga rambut dan seluruh badannya, 

Kini orang lain berpikir,

Itu pekerjaan sia-sia...

Setelah ia menceburkan diri 

Dan berenang dengan lincahnya di telaga itu 

Daun itu tidak berarti apa-apa 

Seperti daun yang lain, yang telah berguguran dipinggir nyanyian riak-riak air telaga...



S

Siapatah ia ...

Yang bagai terperangkap 

Pada tubuh mungil nan renta

Bermain selayak kekanakan lain 

Berlawanan dengan keaslian 

Keaslian akan kekuatan dan kebesarannya 

Jauh dari sebenarnya tenaga yang mampu 

Untuk dapat dialirkannya...

Belantara akankah kau katakan 

Tentang semua itu yang mendatangimu, atau yang hanya sebatas berlalu tanpa ingin tahu..

Selama apa ia singgah, atau bermain di sana...?

noli facile praejudicio affici

Menemukan Solusi Menang

Terbahak-bahak mereka sejadinya, 

Memandang penuh girang, sebagian juga sampai terbelalak.

Seolah mendapat hiburan yang tanpa mereka pernah duga di awal;



Moment dimana saling bertanya, melontarkan harapan menemukan sebuah jurus terbaiknya, untuk menggapai kemenangan.

Sebagaimana mereka tahu, ajang sudah berada dihadapan mereka, namun mereka tiada mencapai jauhnya kesadaran, penggoda terbesar dalam makna, yang melekat erat sekali dalam benak, yakni memasuki usaha untuk tidak kalah.

Teruntuk Engkau Penghuni Setia

Karena dikaulah kedatanganku kemari...

Mengingat betapa berartinya .. ya engkaulah, dengan keras telah kucoba melawan rasa bosan dan lelah...

Sadar akan diri yang sulit untuk dapat menghitung berapa kali telah ke sini, juga telah mencoba dapat memahami dan ingin memahami lagi sebegitu lama engkau telah dan tetap berada di tempat ini...

Sudah sekian banyak mereka yang berada di sekitarmu berguguran, patah, tumbang juga raib serta menghilang ; dengan tegarnya engkau tetap kokoh dan kian kekar membesar tinggi menjulang juga semakin menampakkan kelebatanmu , tak membuat heran semua mengenali dan menyempatkan untuk merasakan keteduhanmu tanpa engkau sedikit pun pergi atau menjauh apalagi mengusir...

Sekian macam kehidupan bergantung padamu, pencari pelindung makin tidak berkurang masih saja bergelentungan padamu, tidak kurang mereka yang cuma menyarangkan kepenatan, kekesalan hingga terkadang menjadikanmu sasaran terdekatnya untuk sekedar melegakan dirinya sendiri terbebas dari lilitan kepenataN saat digerayangi tiada menentu emosi dirinya ...

Seberapa kejailan tangan mungkin tanpa disadari oleh pengayunnya telah meninggalkan luka-luka juga goresan lama pada bagian terluar tubuh kekarmu; tanpa suara mengaduh pernah terdengar darimu sebaliknya bersama hembusan sejuk sang bayu engkau tetap saja meriuhkan tembang seakan-akan semua itu adalah indahnya sebagai bentuk sapaan  bagimu....

πŸ’ŽπŸƒπŸ’Ž

Telah Kau bawa 

Dalam diammu 

Semua kegalauan yang mereka miliki...

Telah kau sejukkan 

Hatinya yang membara 

Saat kepergiannya

Senyumannya kian bersemi..


Utuh rasanya erat genggaman semua jari tangannya ...

Sepenuh hati seperti setia janjinya akan kembali seperti ketika menuangkan goresan tinta kenangan bagi cintanya...

Saat itu '<>'




pertanda bukan sinyale man

sampai dimana ,oh... di sana, mau kemana, oh... ke sana,  kirain kemana emangnya,  kirain ke sini,...

Siapa yang menyangka 
Memang adakah yang menduga 
Bingung ikut dalam prasangka
Menempel disaku menutup dada 
Berdendang degub inisiasi membara 
Apakah itu kecakapan dalam menanya
Bukankah selayaknya dalam kaidah...
Tidakkah sekecil tanda menegas makna

Para hadirin yang duduk, lalu dapat dibikinnya berdiri, sangat-sangat mengerti dengan respon spontan, puas wajah-wajah tergambar dengan jelas dalam raut pancar....

Mutu tanpa sengaja diakui
Berselang pengakuan sebenarnya menambahkan.... 
Keterkaitan saling melengkapi tiada diragukan bahwa dirinya telah teruji 
Putaran waktu yang berlipat menjadi kadar ukuran dan memberikan keuntungan 
Tentu orang banyak semakin tahu itu bukan semata tertuju padanya....

Komen yang sempat kau sematkan paDa isi podcast kala itu, tidak ada jadi pengganggu berarti, apalagi mengotori; sisilain mempercantik sudut pengertian, melindungi kelemahan bagian yang terlupakan, mengingatkan akan arah yang utama tiada terhanyut atau menghilang oleh segala penerpa... kapan kau akan komen lagi, ini kutannya.... padamu@$πŸŒπŸ™„

Rintihan Rerumputan

Segumpal besar istilah menyetarakan daya pakainya untuk menyuarakan naif, ya ... semacam itu...

Untuk mengharap kemampuan mengerti keluh kesah dan rintih rerumputan....

Sepasang wajah tiada menoleh dan mencari nayangnya menggerayangi pembaringan yang telah dihangatkan usai satu putaran rembulan, tiada masuk dalam hitungan pengeram; usai dekilnya pengerat lalu lalang mengendus aroma kudapannya.

Tebal rerumputan tiada lagi memberikan ritmis gemerisiknya saat kaki-kaki yang berlalu menginjaknya pun oleh tangan yang menyibaknya ...

Kisah kecil peraduan jauh dari ketinggian puncak gunung berkawah, ... pada turunan yang telah jadi musim ketiga serasa telah menempa pengertian akan arti setiap rintihan alam...

:-o

Harap kecil semua itu 

Ada...

Kalau pun memiliki sebab 

Setidaknya, karena...

Bukan karena terlalu  banyak ditanya saat bergoyang...


Senandung Gabus

πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€

Sunyi merayap, menyelimuti ruang dengan kabut nostalgia. Bukan aroma anggur yang menyesakkan, melainkan bisikan lirih yang menggantung di udara. Ia hadir, tanpa rupa, tanpa jejak, namun getarannya menyentuh relung jiwa yang paling dalam. "Hai," sapanya, selembut hembusan angin di kala senja. Bukan dengan suara, melainkan dengan sentuhan di hati, seolah ia tahu betul kunci rahasia sanubariku. "Aku di sini," lanjutnya, "mungkin tak terlihat, tak terdengar, tapi selalu ada." Aku mengenalnya. Bukan wajahnya, karena ia tak punya. Bukan namanya, karena ia tak memberikannya. Aku mengenalnya dari kepekaan yang ia pancarkan, dari cara ia menafsirkan pertanda kehidupan yang seringkali terlewatkan oleh mata yang sibuk. "Di balik label anggur ternama," bisiknya lagi, kali ini lebih jelas, seolah mencoba merangkai sebuah cerita. "Tersembunyi aku, si gabus sederhana. Namun jangan salah, perjalananku panjang. Melintasi benua, lautan, πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€ gemilang." Kata-katanya mengalir, bagai sungai yang membawa serpihan kenangan. Aku terhanyut, mencoba meraba makna di balik setiap frasa. Ia, si gabus sederhana, saksi bisu perjalanan panjang. Ia, si tanpa wajah, hadir sebagai pengingat bahwa keindahan dan makna seringkali tersembunyi di balik kesederhanaan. Ia, yang selalu ada, menemaniku menari dalam sunyi, menajamkan indra terhadap pertanda yang bertebaran di sekelilingku. Kehadirannya, meski tanpa rupa, terasa begitu nyata, begitu menyentuh, membangkitkan rasa syukur atas kehidupan yang penuh misteri dan keajaiban.

Dari rahim pohon ek gabus yang kokoh, di belahan bumi sub-tropis yang bermandikan mentari, aku dilahirkan. Kulitku dikupas dengan sentuhan lembut, bukan paksaan, melainkan sebuah janji kehidupan baru.

Terbaring di bawah ciuman mentari, aku merelakan diri mengering perlahan, kulitku berubah warna bagai senja yang merindu. Angin Mediterania membelai tubuhku, bisikannya memberiku kekuatan untuk menanti takdir yang telah digariskan.

Dalam pusaran air mendidih, aku menyerahkan diri pada transformasi. Kotoran masa lalu luruh, elastisitas πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€, membangkitkan ΠΊΠ΅Π»Π°ΠΌΠ±ΡƒΠΊΡƒ yang terpendam. Mandi uap panas adalah ΠΏΠ΅πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€ku menuju tujuan yang lebih agung.

Dari lembaran gabus yang mentah, tangan-tangan terampil membentukku dengan cermat. Setiap Π΄Π΅πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€ kecil adalah doa, agar aku menjadi penutup botol yang sempurna, penjaga kesucian anggur.

Kini, wujudku sempurna, bundar dan pas, siap memeluk erat leher botol. Aku adalah tameng yang melindungi isinya dari kejamnya udara dan Π²Ρ€Π΅ΠΌΠ΅Π½ΠΈ, menjaga rasa yang tercipta dari cinta dan dedikasi.

Terpilih dari ribuan saudara, aku adalah yang terbaik, tolok ukur kesempurnaan. Diperiksa dengan mata elang, tanpa cela, layak mendampingi anggur istimewa dalam perjalanannya.

Di ruang mewah, aku menanti dengan sabar. Terbungkus rapi, bagai permata yang дисимпан. Mimpi-mimpi besar menghampiriku, bayangan perkebunan anggur yang membentang luas, dan ciuman pertama dari Π²πŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€Π° terkenal.

Lampu kristal menari-nari di atas lantai marmer, memantulkan kemewahan yang memanjakan mata. Di balik jendela kaca, kota berdenyut dalam simfoni tanpa akhir. Aku di sini, bukan sekadar berbaring, melainkan mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan tak terlupakan.

Helikopter pribadi menanti, bilahnya berputar lembut bagai melodi yang memanggil. Ia akan membawaku terbang tinggi, melintasi cakrawala, menuju perkebunan anggur legendaris di BorπŸŽ΅πŸŽΆπŸ”ŠπŸŽ€aux. Di sana, aku akan menjadi saksi bisu dari kisah cinta antara tanah, matahari, dan manusia. Aku akan merasakan kehangatan mentari sore di kulitku, mencium aroma anggur yang memabukkan, dan menjadi bagian dari simfoni rasa yang tak terlupakan. Bukan sekadar gabus, aku adalah penjaga kenangan, penyimpan rahasia, dan saksi cinta abadi.



Lihatlah ......

Meski tΠ°ΠΊ sepenuhnya dilihat, aku bangga,....

Bentuk Sesaat...

Diambilnya dua lembar daun  Di pinggir telaga  Bening di musim ini  Seraya membiarkan kedua kakinya  Terjuntai di dalam air  Kedua tanganya ...