Belum Cukup Umur

 


Mengeja malam yang bagai terpisah

Aku hanya bisa dan mampu tertunduk

Malam terasa terlalu panjang untuk dikisah

Seperti telah mempertemukan masa lalu yang terpendam

Kenangan yang berkurun tebal timbunan dan dalamnya kunjungan malam

Junjungan bak debu-debu memantul bias cahaya semesta mereka indahnya warna

Memeluk warnanya kisah keesokan berupa wajah-wajah mengasingkan diri ....


Penghuni belantara semua memandang

Tanpa sapa tak ubah diri ini mencoba mengerti

Betapa kecil dan selayak itulah keadaan yang sebenarnya?

Semua terasa jauh dari kelayakan umum dan  memaksa ingin 

Mendekati dengan rasa malu tanpa daya agar hanya untuk

...setidaknya dimengerti tanpa meminta untuk diterima ...

Bahwa semua masih terasa asing bagi diri ini ....


Bilakah terlalu kecil tubuh ini ...

Boleh berada di sini tanpa sebanding

Menapaki jalan-jalan yang semakin bercabang

Menyimpang dan berkelok ke banyak penjuru meragu langkah

Sekedar menuntun langkahkan hati kemana ia punya mau

Terlalu tipis dipandang oleh mata ... namun sangat jauh

Ketebalan angkat setiap lembar pelapis alat pijak tergelar menjauh

Yang mustahil melukis gambaran tebalnya 

jika hamparan rerumputan belantara itu dijadikan pembanding

guna memudah nalar memantikkan arti yang mendekati utuh.



Memastikan

Sungguh tidak terpikir lagi 

Mengapa harus menuju ke sana

Juga tidak pada duduk perkara 

Mendekat istana tunga dan sejenisnya 

Tak lagi jumlah dan bentuk 

Berkidik ini tengkuk ingin berlari



Pintasan akankah tampak 

Menjauh agar disana kelak 

Kecukupan  ruang bebas memandang

Keraguan  membaringkan badan

Saat kembali  tanpa memutar otak 

Berapa kali helaan nafas 

Dia memiringkan badan 

Usai terbangun

Memandang cermin 

Yang ikut tersenyum ....

Tak ada kepastian  akan jawaban cinta 

Kian Melayang


Antara tidak percaya bila dinamai keadaan itu seperti taut matamu tiba di sini ingin menghentikan gulirnya pandang namun telah terlanjur berlari ke arah ujung makna dijumpa sebuah tanda yang berarti menghenti pesan diujung fajar hingga baru tersadar oleh berubahnya hari yang hingar bingar.....

Aslinya jelajah membawa bukti yang sepadan selayak bentangan rimbun pepohonan penghuni lembah yang telah engkau lalui hingga jejakan demi jejakan menaiki curamnya tebing-tebing itu penyimpan bola-bola cerita kehidupan tentang ketegarannya lengkap dengan ketak berdayaannya kini kecuali hanya untuk apa kecuali memberi dengan merapuhkan dirinya mengecup dengan hangatnya bagian dari bulatan tempatnya berasal yang telah menghidupi dirinya dimasa lampau.....



Mengapa bayangan wajah itu tak pula menghilang dari kenangan dan tetap menjadi bayang-bayang yang sering terulang menjadi pertanyaan hingga gunjingan memanaskan bola liar dari mulut-mulut dari yang berbibir tipis hingga yang tebal hingga kini telah terbiarkan dilukis dalam kanvvas bekas berkain kumal yang berbahan kasar bak karung-karung tua...

Engkau yang telah melihat jauh aku di seberang pandang hingga tak jua nampak boleh kaupikir semau dan sesuka kau dapat tanpa pinta dan panggil dengan teriakan lebar kata dari mulut atau pengeras ganda sebagai penguat yang semuanya sama sekali tidak mengubah dan memberikan pengaruh pada awal yang telah dirunut untuk ditetapkan oleh yang memiliki segala tempat untuk berpadunya asmara berlabuh di tepian terindah baginya....



Menanggalkan sehelai demi sehelai penutup kulit-kulitmu mungkin dapat kaulakukan dengan leluasa di sini, di tempat liar hingga engkau menceburkan sekujur tubuh hingga pulih menjadi segar bila sesaat saja; namun hembusan demi hembusan dari sela-sela ranting dan dedaunan janganlah membekukanmu bila tak mengenal tentang dirimu yang bagi mereka engkau adalah pendatang dikeliaran tarianya yang paling eksotik membius setiap kepongahan hingga menerbangkannya menjadi awan-awan dalam kedasyatan pusaran caranya tanpa nalar dan hitungan.....

Daki tak menjadi bagian penting di sini untuk kauperhatikan di sini saat engkau sedang bergumul dengan lumpur sepanjang langkah yang terkadang lupa ditengah kekagumanmu akan murmi dan liarnya sudut semesta ini yang dipenuhi dengan pesona..................

Harapanmu menghangatkan diri ini bagimu hanya menjadi impian kosong hingga kemustahilan bisa nyata mengalir dari caramu memandang tatkala dibawah tenda itu engkau menyadari mantel dan selimut kebanggaan dan penuh kenangan itu telah tertinggal oleh ketergesaanmu membuat langkah yang terlalu cepat atau mungkin tidak ingin disebut tak cakap melombat secepat cara kekiniaan yang dibanggakan banyak kalangan dan semacam praduga serta semacamnya yang sering menimbun tebal dalam pikiran-pikiran semunya ... 

sempit pemandangan.... 

hanya karena malam itu terlalu pekat

kecuali memberi waktu kita untuk berdekat

juga terus saling memberikan rasa hangat............



Taburi Cinta



Sedikit demi sedikit arti

Dari setiap sapaan yang kau berikan

Aku belajar untuk mengenali

Setiap ruang demi ruang yang istimewa

Selaksa memasuki relung demi relung 

bagian persinggahan terdalam dari hatimu

yang menautkan harapan 

agar tetap diharumi indahnya penantian

walau tak ada setangkup melati lagi

yang pantas langsung tuk melengkapinya

penantian panjangmu itu.......



Hanya karena keterpautan alami

Yang selalu ada dan jadi milik kita

biarlah ia yang terjulur jadi pengharum

hanya untukmu sbagai pencinta indahnya ruang

juga harumnya persinggahan ....


yang tiada lagi tak akan menggantikan

seperti yang dulu tampak rimbun subur kemuning

juga semerbak harum bunganya kubawa serta bagimu

mengisi setiap ruang hingga mewangi....

sekali lagi setangkup cempaka ini biarlah...

mewakili yang kini tidak mekar memberika harumnya lagi

masih lama menunggu musimnya kembali....




Ulat Dahan?


 Jika kecepatan 

Yang dijadikan pilihan 

Sudah awal yang salah 

Engkau menunjukkan jari 

Kepada diri ini

Telunjukmu mengarah 

Pada yang lemah 

Buat membuat jauhnya langkah 

Berbalik jika maumu hanya 

Mengitari lembaran daun kecil 

Namun tidak demikian 

Cara matamu memberi pandangan.

..


songkok ❤...


hutan bakau membisu .... seribu bahasa
tanpa berucap ...mendengar tangisku
saat terbayang stambul kesayangan
kau kenakan ketika menghampiri
panjangnya penantian akan kedatanganmu
rantau yang hanya membagi sepinya siksa 
menunggumu  tanpa kejelasan batas
anganku... engkau seperti mentari di sana
yang katakan remangnya saat akan terbenam
lembut sinarnya seperti memeluk dan mengusap
air mata yang sekian lama menantimu.....
untuk bisa bersama memberikan sebuah arti
yang pantas kita sebut dan namai
sebagai sebuah kata bahagia,... mungkinkah??????



Ketika Kamu Tidak Percaya



Ketika kamu tidak percaya
kamu tidak percaya
Ketika kamu percaya
kamu percaya
Setahuku begitu adanya
tanpa ukuran kedalamannya
Berubah tidaknya engkau
samasekali bukan urusanku
Karena aku tidak sepertimu
yang dilahirkan dan selalu saja
Punya kebutuhan dan sering
tidak tahu cara mengatakannya
Sering hal kecil saja seperti senyuman
selalu saja kau tunggu sebuah jawaban
Karena aku tidak sepertimu
dan tidak akan pula senyumanmu
menjadi bagianku untuk menjawab
Karena aku tidak sepertimu
terlalu banyak yang menebar senyum
siang dan malam di sini tanpa diminta.

Belum Cukup Umur

  Mengeja malam yang bagai terpisah Aku hanya bisa dan mampu tertunduk Malam terasa terlalu panjang untuk dikisah Seperti telah mempertemuka...