Pakis Hutan
Siang itu beranjak meredup
Enggan menamainya hari itu sebagai sore
Sayang bila segera ia dapat berubah menjadi malam
Masih belum jenuh rasanya memandang pesona tariannya
Yang meliuk oleh belaian angin lembah yang semilir
Penghuni hutan yang saat itu ramat tampak menarik sekali
Daun-daun yang tersusun rapi seperti tanpa ditandingi
Oleh semua yang saat mereka bersama bergoyang
Bersama gemerisik daun-daun para penghuni hutan di bawah sana
Ia kekar tanpa beranjak dari tempatnya
Tersusun buah-buah bagai keris penghias tubuhnya
Kentara dari tempat yang cukup jauh ini
Coklat muda yang melekat rapat dan kuat
Diantar batang-batang daunnya yang hijau tua
Taka da satu pun buah yang terlepas oleh tiupan angin
Tak seberapa lama berselang
Sepasang kaki keci
Melangkah mendekati pohon itu
Kucoba mengeja keinginannya
Mengapa ia mendekati pohon itu
Tangannya terjulur pada batang itu
Tampak ia meraih sesuatu dari padanya
Tampak ia mengamati benda yang tidak selalu ada
Dan menjadi mudah ditemukan disemua tempat
Hanya hal sederhana itu
Ya… namun tampat menarik sekali
Apalagi setelah ia memotong bagian
Dari buah yang dipetiknya tadi
Dilebarkan matannya seolah-seolah ia mendapatkan
Pemandangan baru yang di jumpanya
Aliran pekat nan bening itu
Sesaat kemudian membuatnya jadi tersenyum …..
No comments:
Post a Comment