Larut pada pekat endapan di dasar sungai
Reka aksara susup menama dirinya dalam keruh
Sesempit ruang apalagi celah memberi rongga
Celah kohesi melarut seutuh angannya layang
Menjadi kemustahilan mata yang ingin menyusupkan
Pada legam dasar yang tak lagi menyisakan cinta
Rebah gelembung menampik dari balik dalam geram
Retak gemeratak menahan gelora dalam kungkungan
Keusilan taut menaut berantai siasat ganda tersirat
Tak pernah dibuat langkah luntur urungkan gemetar
Mengamat pada sekumpul belalak yang pernah terbuang
Dari pengertiannya letak dimana harus rebah meratap
Merenggut segala penutup usang yang dikoyakkan martabat
Direnggut kuasa angkara bersiasat makhluk bertangan dewa
Hak-hak dileburbalikkan kebebasan mengeruk hukum-hukumnya
Ini bukan keusilan jaman yang datang tanpa bicara pada dunia
Ini hanya segenggam nafsu yang dibumbu oleh culasnya bibir-bibir
Gatal dalam diam menukik pada kebebasan yang berseberang sarang
Tangan ini hanya menggenggam talu yang tak mampu berteriak lantang
Bisik kecil akan datang pada cara mata mengeja ejek pada diamnyanya jari
Membumikan ketidaklantangan yang kauduga tanpa nyali mendepankan depamu
mampu meraih kelemahanmu yang tersembunyi dalam sekali untuk menjadi tinggi
membubung tak tergapai oleh setiap tangan-tangan usil perindu murka
Kan tersaji kemolekan dari pergeseran yang telah jeli kau cipta lama
Kamu akan mendengar suara yang memanggil dengan cara yang dipilihnya
Dan akan segera pikiranmu tak lagi memberontak membuat pilihannya lagi
Jalan tak banyak kecuali titian-tian kecil tanpa bersisi keusilan merapat
Keutuhan pikir dan matamu kan beriring nafas menamai setiap tapakanmu di sana.