Dua senja telah terlompati waktu
Lompatan yang selalu menyisakan bayang
Sosok capung merah yang ingin hinggap di ranting kering
Tanya sebab mengapa kau pilih ranting ini
Tanpa jawab melompat terbang dan terus kembali
Dalam canda ia kembali lagi lalu hinggap dan ingin senyap
Sore itu ranting kering bagai istimewa dalam kanvas cerita
Ujung jari telah terjulur tepat dekat mata besarnya
Laksana bersambut senyumnya ia enggan beranjak
Hingga kutiupkan hembusan nafas dengan bisikan
Untuknya nikmati segarnya daun, buah dan harum bunga
Bagai mereka yang sedang riuh dalam kagum penuh pesona
Ujung jari dan nafas yang kuhembuskan untukmu
Akankah engkau mengerti inginnya hati
Mungkinkah ini sisi hangat di waktu sore untukmu
Mungkinkah ini pesanmu untuk bercerita tentang kering
Waktu layu dan mati bagi semua yang kina sedang dipuji
Untuk ada di dalam kisah kecil dari yang hijau dan rindang
Si Capung Merah
Datang begitu saja menghampiriku
Dalam kekaguman di sore yang cerah
Ia tak memilih tempat terindah bagi nalarku
Ia hanya hinggap dimana ia mau
Nyaman bagi kita tidak selalu nyaman baginya
Ada saat aku tak perlu mengerti
Kecuali mengijinkannya itu terjadi
Ku hanya ingin menikmati waktu
Sesaat Bersamamu
Si Capung Merah
No comments:
Post a Comment